Dalam beberapa bulan terakhir, konsumen teknologi dihadapkan pada fenomena Scalper RAM yang mengejutkan. Harga RAM telah melonjak sangat tinggi dan tidak masuk akal di pasar internet, jauh melampaui banderol sebelumnya. Kenaikan drastis ini sebagian besar dipicu oleh tren pasar teknologi AI, yang mendorong banyak perusahaan membeli RAM dalam jumlah besar dari distributor. Melihat kondisi ini, para scalper dengan cepat memanfaatkan situasi, menjual perangkat tersebut dengan harga yang tidak proporsional. Fenomena kenaikan harga RAM ini menjadi perhatian serius bagi konsumen dan pelaku bisnis, seperti yang dilaporkan oleh Gamebrott.
Lonjakan Harga RAM yang Tidak Masuk Akal
Kondisi pasar RAM telah menciptakan kekhawatiran besar di kalangan konsumen dan perusahaan. Pemicu utama dari lonjakan harga ini adalah meningkatnya permintaan dari sektor kecerdasan buatan (AI). Banyak perusahaan besar yang berinvestasi di teknologi AI membutuhkan memori dalam jumlah masif, menyebabkan distributor kebanjiran pesanan dan pasokan menjadi terbatas. Situasi ini membuka celah bagi para Scalper RAM untuk beraksi. Mereka membeli stok dalam jumlah terbatas dan menjualnya kembali dengan margin keuntungan yang sangat tinggi, memanfaatkan kepanikan pasar dan kebutuhan mendesak.

Para Scalper RAM ini tidak ragu menaikkan harga RAM hingga berkali-kali lipat dari harga eceran normal. Tindakan ini secara langsung merugikan konsumen yang benar-benar membutuhkan perangkat tersebut, baik untuk keperluan pribadi maupun bisnis. Ketersediaan yang menipis dan kenaikan harga RAM yang ekstrem memaksa pembeli untuk membayar jauh lebih mahal atau menunda pembelian mereka, mengganggu rencana pembangunan atau upgrade sistem komputer.
Studi Kasus: Harga RAM G.Skill Trident Z5 Neo RGB
Salah satu contoh paling mencolok dari praktik Scalper RAM ini terlihat pada produk RAM G.Skill Trident Z5 Neo RGB DDR5-6000 CL30 32GB (2x16GB). Sebelumnya, memori ini dijual dengan harga sekitar $118, atau sekitar Rp1,96 Juta, dan harganya relatif stabil untuk jangka waktu yang lama. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, harga RAM ini tiba-tiba melonjak tajam hingga mencapai $430, yang setara dengan sekitar Rp7,51 Juta. Ini menunjukkan kenaikan lebih dari 3,5 kali lipat dari harga normalnya.
Lebih parahnya lagi, para scalper di platform eBay menjual RAM yang sama dengan harga yang mencapai $1054, atau sekitar Rp17,53 Juta. Ini berarti, jika seorang konsumen membeli melalui scalper, mereka harus membayar sekitar sembilan kali lipat dibandingkan harga RAM normal di tahun 2023. Angka ini menggambarkan betapa tidak masuk akalnya praktik jual beli oleh Scalper RAM yang terjadi di internet.

Contoh lain melibatkan versi 96GB (2x48GB) dari produk serupa. Ketika pertama kali dirilis, memori ini dibanderol dengan harga $480, sekitar Rp7,98 Juta. Kini, harga RAM resmi ritelnya telah mencapai $999, atau sekitar Rp16,61 Juta. Namun, seperti yang terjadi pada varian 32GB, Scalper RAM di eBay menjual versi 96GB ini dengan harga yang jauh lebih tinggi, hingga $2660, atau setara dengan sekitar Rp44,25 Juta. Ini merupakan harga yang sangat tidak masuk akal, menunjukkan skala eksploitasi pasar yang dilakukan oleh para scalper.
Dampak Kenaikan Harga Memori Terhadap Bisnis
Kenaikan harga memori yang signifikan ini tidak hanya mempengaruhi konsumen individu, tetapi juga berdampak luas pada berbagai skala bisnis. Mulai dari perusahaan teknologi raksasa hingga pelaku usaha kecil yang bergantung pada komponen ini, semuanya merasakan imbasnya. Para perakit PC kustom, seperti CyberPowerPC dan Maingear, adalah salah satu pihak yang paling cepat merespons. Mereka terpaksa menaikkan harga PC rakitan atau rebuilt mereka, sejalan dengan kenaikan harga RAM dan komponen lainnya.

Perusahaan besar lainnya juga tidak luput dari dampak ini. Dell dikabarkan turut terkena imbas dan sedang dalam proses melakukan penyesuaian harga produk mereka. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena Scalper RAM dan kenaikan harga RAM merupakan masalah sistemik yang mempengaruhi seluruh rantai pasokan industri teknologi. Meskipun demikian, ada pengecualian menarik; Lenovo disebut-sebut masih mampu menahan kenaikan harga. Rumor yang beredar menyebutkan bahwa Lenovo telah menimbun stok RAM dalam jumlah besar, yang diklaim cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi mereka hingga tahun 2026. Situasi ini menyoroti strategi berbeda yang diambil oleh perusahaan dalam menghadapi krisis pasokan dan harga ini.
Fenomena Scalper RAM yang menyebabkan kenaikan harga RAM secara drastis ini menunjukkan kerentanan pasar teknologi terhadap fluktuasi permintaan dan eksploitasi oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Konsumen dan bisnis harus bersiap menghadapi tantangan ini, termasuk mempertimbangkan strategi pembelian yang lebih hati-hati atau mencari alternatif. Sementara itu, pantauan ketat terhadap pergerakan harga RAM dan upaya mitigasi dampak oleh perusahaan akan menjadi kunci dalam menstabilkan kembali pasar di masa mendatang.